Rabu, 15 Juli 2015

Ramadhanku Di Usia 20 Tahun

Assalamualaikum readers :)

Kali ini aku ingin membahas tentang bulan Ramadhanku di tahun 2015. Tahun dimana aku telah menginjak usia 20 tahun. Tahun dimana aku telah melihat betapa rumitnya kehidupan yang sebenarnya. Haha serius banget ya kayaknya tulisanku, sebenarnya aku orangnya susah diajak serius tapi beberapa orang di dekatku bilang "Quina mah kalau udah mulai rapat, mukanya bakalan serius" gitu katanya. Padahal mah enggak lho. Oke kembali ke topik tentang ramadhan di tahun ini.

Ramadhanku tahun ini alhamdulillah diisi dengan kegiatan-kegiatan yang kadang menguji kesabaran. Rapat ini rapat itu rapat lagi. Kebanyakan hidupku di tahun ini akan diisi dengan rapat, rapat dan rapat, tidak terkecuali di bulan suci Ramadhan. Berhubung aku mengikuti salah satu organisasi di kampus jadi mau tidak mau suka tidak suka ya harus bisa mengikuti rutinitas rapat yang seabrek. Rapat itu identik dengan diskusi, musyawarah, votting, mengungkapkan ide, berkreasi, menguras tenaga, bikin senam otak dan bahkan bikin perut lapar. Tapi, karena ini bulan Ramadhan dan karena aku pun sudah beranjak di usia dewasa awal jadinya ya aku harus bisa dong nahan rasa lapar dan emosi negatif yang terkadang sulit untuk dikendalikan.

Ujian akhir semester 4 diselenggarakan di bulan Ramadhan. Alhamdulillah berjalan dengan lancar, walaupun kadang harus melawan rasa kantuk yang luar biasa ketika di siang hari, seusai sholat taraweh dan selepas sahur. Sulitnya mengatur waktu untuk belajar membuatku harus ekstra melawan gejolak rasa malas yang terkadang muncul. Tapi jujur ya UAS kali ini rasanya tidak seberat ujian-ujianku yang lalu, apa mungkin karena diselenggarakannya di bulan Ramadhan jadi dosennya bikin soal yang kurang memberatkan mahasiswanya? Ah tapi nggak juga kok buktinya masih ada saja soal yang sulit untuk dikerjakan alhasil ya mengarang bebas. Sampai detik ini aku belum tahu hasilnya seperti apa tapi doakan saja yang terbaik dan sesuai dengan harapanku (amiin).

Belajar di bulan Ramadhan bukankah suatu kegiatan yang luar biasa. Dapat dibilang lebih baik daripada hanya sekedar tidur, padahal tidur di kala berpuasa adalah ibadah apalagi kalau belajar ya kan? Hihi. Tahun ini juga aku tidak begitu memikirkan baju baru untuk lebaran seperti tahun-tahun sebelumnya. Apa karena aku sudah beranjak lebih dewasa? atau karena aku terlalu sibuk memikirkan ujian dan segala macam rapatku? Haha entahlah tapi semoga ini semua memang dikarenakan aku telah cukup dewasa dalam memaknai kehidupan (amiin).

Ramadhan tahun ini memang tidak memberiku hari libur yang panjang seperti halnya hari libur untuk mahasiswa lainnya, tapi aku tetap mensyukuri apa yang telah Allah SWT berikan padaku di tahun ini. Penuh berkah yang tidak terkira. Penuh hikmah yang tersirat dalam sebuah kejadian. Alhamdulillahirobilalamin. Harus tetap bersyukur atas segala rizqi yang telah diberikanNya kepada kita semua. Semoga lebaran tahun ini dan tahun-tahun selanjutnya menjadi lebaran yang berkualitas. Bukan sekedar kualitas akan baju baru tapi kualitas akan hati dalam memaknai bulan yang suci.

I write this post to follow this challenge

tulisan ini diikutsertakan dalam IHB Blog Post Challenge Ramadhan :)

xoxo

The Inspirational Women

Assalamualaikum :)

Beberapa bulan yang lalu aku mengalami kejadian yang benar-benar nggak disangka sekaligus sangat menyenangkan. Yap, kejadian itu adalah bisa fan meeting dengan the one inspirational women, Kak Diana Rikasari Senang banget deh beneran. Hihi maaf ya lebay dikit. Tadinya memang aku bersama temanku, Tigas Esa mau dateng ke acara fan meeting itu tapi tadinya juga udah dicancel soalnya jam segitu kita baru aja selesai kuliah, sedangkan perjalanan menuju Gramedia (tempat fan meeting diadakan) cukup memakan waktu. Eh tapi mungkin karena semangat kita yang terlalu menggebu-gebu kali ya pada akhirnya kita jadi pergi kesana. Alhamdulillahirobilalamin, waktunya keburu juga walaupun telat dikit. Sesampainya di parkiran, kita udah denger nih suaranya kak Diana sama kak Dinda daaaan langsung deh kita cus lari ke lantai paling atas. Hihi.

Dan ini dia hasil dari pertemuan singkat kita







Minggu, 12 Juli 2015

Thank You Gas Dew!

Assalamualaikum :)

Kali ini aku ingin menceritakan sesuatu hal yang tidak pernah disangka-sangka dan hal itu merupakan hal baik pula. Cerita ini berawal dari sifatku yang sering banget lupa (namanya juga manusia kan ya nggak ada yang sempurna, Setuju?)

Yap tepatnya Hari Sabtu tanggal 11 Juli 2015, waktu itu aku lupa membawa hp (hand phone) dan aku baru sadar pas sudah di kampus. Ampun deh ya. Di tahun 2015, tidak bawa hp itu rasanya hati jadi kosong melompong, pikiran entah kemana dan dunia berasa jahat aja gitu kayaknya. Oke, ini terlalu berlebihan tapi akhir-akhir ini memang aku agak susah jauh dan lepas dari hp.

Seharian menampakkan muka yang nggak enak dilihat. Nah, pada hari itu aku bersama teman-teman ingin mengerjakan tugas pembuatan video dan ternyata temanku, Dewi kelupaan nih bawa memori card kamera dan akhirnya dia memutuskan untuk mengambilnya ke rumahnya ditemani oleh Tigas. Cuuuuusssss mereka pergi.

Di kampus, sembari menunggu kedatangan mereka, aku berusaha untuk mengalihkan pikiranku yang hanya tertuju pada hp, hp dan hp. Tiba-tiba aja, Tigas memasuki kelas dan tangannya menjulurkan sesuatu ke arahku. Ternyataaaaa, mereka pergi ke rumahku juga untuk mengambilkan hpku yang ketinggalan. What a beautiful moment :') terharu banget, serius. Nggak nyangka. 

Masih banyak orang yang benar-benar baik di sekililingku. Alhamdulillahirobilalamin, terimakasih Ya Allah. Mungkin di sekitarmu juga masih banyak orang yang baik dan tulus. Sekali lagi, terimakasih banyak Dewi dan Tigas, semoga kalian dilimpahkan rezeki dan kesehatan selalu. Amin.


xoxo

Rabu, 08 Juli 2015

Ingin Belajar Segalanya

Ingin belajar menulis dengan baik dan benar, setidaknya bisa membuat suatu karya yang bisa dipublikasikan kepada khalayak luas. Entah bentuk tulisan apapun itu. Keinginan ini selalu didapat kalau aku selesai membaca blog milik orang lain ataupun membaca buku (novel tentunya).

Ingin belajar menjahit dengan baik dan benar, setidaknya bisa menjahit suatu karya dalam bentuk apapn itu dan dapat dijadikan sebagai hadiah untuk orang lain. Sudah pernah kulakukan sebenarnya, tapi aku masih belum puas karena aku cuma bisa satu teknik menjahit saja itupun tidak begitu rapi.

Ingin belajar mengendarai motor, setidaknya bisa mengantarkan diriku sendiri ke berbagai tujuan yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah. Hal ini masih dalam proses. Doakan saja. Walaupun terkadang latihan ini sering sekali tidak terlaksana.

Ingin belajar memasak, setidaknya bisa memasak nasi dengan baik dan benar. Oke, aku memang tau tata urutan cara memasak nasi, tapi itupun masih banyak bertanya sama ibu, belum bisa lepas sendiri. Aku juga ingin bisa memasak berbagai jenis kue (supaya bisa diperdagangkan gitu hehe)

Ingin belajar melukis dengan kuas, setidaknya bisa melukiskan apa yang ada di imajinasiku dan untuk koleksi pribadi saja. Sampai saat ini aku masih kesulitan mengendalikan kuas yang menurutku sulit sekali mengaplikasikannya.

Ingin belajar desain visual di corel ataupun semacamnya, setidaknya bisa membantu mendesainkan pamflet untuk beberapa proyek yang telah aku dan teman-temanku rencanakan. Kalau melihat orang dengan mudahnya mendesain berbagai macam hal, itu selalu membuatku ingin segera membuatnya sendiri, walaupun aku pernah diajari tapi tetap saja itu membingungkan.

Ingin belajar mengikat ujung balon, setidaknya bisa melakukannya untuk anak didikku nantinya. Selama ini belum pernah berhasil melakukan hal sekecil ini. Takut balonnya meletus juga sih. Selama ini selalu meminta bantuan orang lain untuk melakukannya.

Ingin belajar mengedit blog dengan apik, setidaknya untuk menghias blogku sendiri agar lebih menarik dan enak dilihat. Tidak sesederhana blogku saat ini. Misalnya seperti blog milik diana rikasari dan lain lain.

Ingin belajar membuat rak buku dari kayu sendiri, setidaknya hasilnya bisa untuk keperluan pribadi. Aku pikir jarang ada perempuan yang membuat rak buku dari kayu sendiri kecuali orang-orang yang memang bergelut di bidang tersebut. Tapi aku ingin karena menurutku itu keren.

Ingin belajar menyanyi, setidaknya sebagai calon guru PAUD harus bisa menyanyi. Oke, aku memang bisa bernyanyi tapi suaraku tidak terlalu bagus atau dapat dibilang kalau tidak bagus. Aku sama sekali buta nada. Menyedihkan memang tapi aku ingin belajar ini, ya walaupun aku pernah membuat beberapa lagu untuk anak-anak (sederhana dan simple kok).

Ingin belajar bisnis, setidaknya bisnis kecil-kecilan. Cita-citaku yang mengingkan memiliki toko yang menjual berbagai macam jenis kado membuatku ingin memperdalam dunia bisnis. Oke, entah dari siapa aku bisa belajar ini.

Ingin belajar menjadi pengisi suara (dubbing). Ketika menonton film animasi, aku selalu berpikiran kalau yang menjadi pengisi suara pasti keren, mereka bisa menyesuaikan suara mereka dengan karakter di film. Mereka seperti berakting melalui suara.

Ingin belajar ini itu, setiap menemukan hal yang baru terkadang aku berpikir untuk mempelajarinya. Gampang ataupun susah jika ada kemauan dan usaha maka apapun bisa kita lakukan, ya kan? Namun, tidak mudah melakukannya, rasa malas, ketakutan dan tidak percaya diri menghambat segala proses belajar yang ingin kita lakukan. Oke, niat mungkin dapat mengawali proses tersebut tapi doa dan ikhtiar juga perlu. Semagat selalu Quina! (ps dari dirimu sendiri).

xoxo :)




Selasa, 07 Juli 2015

Kurang Piknik Katanya

Piknik adalah suatu hal yang tabu bagiku saat ini. Jika ada waktu luang sedikit saja pasti deh langsung tidur, kalau enggak ya nonton running man, kalau enggak ya nulis blog kayak gini. Nulis blog sih sebenernya bisa dimana aja asal ada internetnya.

Detik detik bertemu dengan liburan panjang, tapi sampai saat ini pun aku masih belum tahu liburanku bakalan kemana dan ngapain. Oke, aku memang nggak boleh berharap lebih untuk bisa liburan di luar kota bersama keluarga atau setidaknya bisa pergi ke tempat wisata di dalam kota bersama keluarga. Kenapa aku nggak mau berharap lebih? Karena menurut pengalaman sebelumnya ketika aku berharap lebih dan ternyata realita yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan, itu akan menyakiti hati, jiwa dan raga.

Sedih, iya. Kecewa, iya. Tapi mau bagaimana lagi, begini nasib apalah daya terima saja.

Piknik tidak harus pergi dari luar rumah kan? Masih banyak jutaan kegiatan yang bisa dilakuin di dalam rumah kok, iya aku harap masih banyak. Ah seandainya aku tau apa itu, pasti hidupku nggak akan cepat bosan kayak gini. Ah sudahlah pasti ada hikmah di balik setiap kejadian kok. Ya kan? Ya kan?

Jangan Piknik Mari Bersabar (maaf kalau garing, nggak sengaja)

xoxo

Assalamualaikum Beijing

Assalamualaikum readers :)

Hari ini aku mau sedikit mereview film "Assalamualaikum Beijing" nih. Oke aku tau ceritanya memang tidak terlalu menarik (bagi sebagian orang) tapi, menurutku cerita sederhana dan dibawakan dengan apik membuat film ini sering banget kebayang-bayang di otakku. Banyak yang bilang kalau film ini lebih cocok dijadiin sinetron aja tapi menurutku jadi film juga oke kok. 

Film ini diangkat dari sebuah novel karya Asma Nadia (penulis terkenal di Indonesia) dan disutradarai oleh Guntur Soeharjanto. Pemain film ini adalah Revalina S. Temat (berperan sebagai Asma), Morgan Oey (berperan sebagai Zhong Wen), Laudya Cynthia Bella (berperan sebagai Sekar), Desta (berperan sebagai suaminya Sekar) dan Ibnu Jamil (berperan sebagai Dewa). 

Jadi ceritanya gini nih, si Asma sama Dewa ini mau nikah, tapi si Dewa membuat suatu pengakuan yang bikin Asma nggak mau lagi nikah sama dia. Akhirnya tiga bulan kemudian, Asma pergi ke Beijing untuk bekerja dan disana ia ditemani oleh Sekar teman lamanya dan suaminya Sekar. Sewaktu Asma ingin berjalan-jalan di Beijing sendirian, dia berkenalan dengan Zhong Wen yang sudah berbaik hati membantu Asma. Tidak lama kisah Asma dan Zhong Wen berlanjut karena ternyata Zhong Wen adalah seorang tour guide yang diutus untuk menemani Asma berkeliling di Beijing. Tiba-tiba Dewa mengetahui kalau ternyata Asma sedang berada di Beijing, iapun menyusulnya dan berharap agar Asma ingin kembali kepadanya. Tidak, ternyata Asma benar-benar sudah move on dan menaruh hati kepada Zhong Wen, tapi ternyata Zhong Wen bukanlah seorang muslim. Asma ternyata mengidap sakit yang sulit disembuhkan dan memaksa dia agar kembali ke Indonesia untuk melakukan perawatan. Mulai dari stroke, lumpuh, buta bahkan hingga bisu. Asma terpaksa melupakan Zhong Wen, namun Zhong Wen tidak pernah berputus asa untuk bertemu dengan Asma. Ia pergi ke sebuah masjid di Beijing dan akhirnya ia memutuskan untuk menjadi seorang mualaf. Ketika ia pergi ke Indonesia, Asma tidak dapat melihat Zhong Wen, cinta Zhong Wen pada Asma tidak berhenti sampai disitu. Ia berniat untuk meminang Asma, namun keraguan pada diri Asma tak terelakkan. Karena kegigihan Zhong Wen, mereka pun akhirnya menikah.

Sederhana memang, tapi kalau kita memainkan peran di antara salah satu tokoh utama tersebut di dunia nyata, apakah kita bisa seperti mereka? Belum tentu. Ada salah satu dialog yang aku suka dari Zhong Wen:
     
 "Cinta romantis itu ada dan tidak butuh fisik yang sempurna untuk memiliki kisah cinta yang sempurna"

Ampun deh pokonya romantis banget. Oke aku emang agak lebay kalau nonton yang beginian jadi ya harap maklumlah ya. Morgan waktu main di film ini cukup keren sampai nggak kelihatan kalau dia itu mantan personil boy band yang tadinya blas aku nggak suka. Salah satu soundtrack yang mengisi film ini adalah lagunya Ridho Roma yang judulnya 'Move On', oke tadinya aku sama sekali nggak suka sama Ridho Roma beserta jajaran lagu dangdut lainnya dan aku juga nggak tau kalau ternyata yang nyanyi lagu 'Move On' itu adalah dia, tapi lumayanlah lagunya nggak begitu kedengeran kayak lagu dangdut kebanyakan.



Singkat cerita, sejak aku nonton film sampai detik di mana aku menulis postingan ini aku masih sering muter ulang lagu soundtracknya dan kebayang-bayang ceritanya dan kebayang-bayang Beijingnya. Beijing tunggu aku mengunjungimu ya :) Kamu masih bakalan tetep sama kan kayak gitu waktu aku besok dateng kesana? Aku harap kamu jawab iya, Beijing.

xoxo

Senin, 06 Juli 2015

How To Make Mini Cemplon

Bahan yang diperlukan:
1. Singkong (dikupas, dicuci, diambil serat tengahnya juga)
2. Kelapa parut
3. Gula jawa (dicincang)
4. Garam secukupnya
5. Minyak goreng

Cara membuat:
Parutlah singkong yang telah siap diolah menggunakan parutan kelapa. Campurkan parutan kelapa dan  garam secukupnya ke dalam parutan singkong. Uleni agar garamnya bisa tercampur dengan rata (biar nggak asin di satu sisi doang gitu maksudnya).

Selesai membuat adonan singkong, sekarang saatnya membuat bola-bola mini cemplon. Pertama-tama ambil satu genggam kecil adonan singkong, lalu dipipihkan dan beri sedikit gula jawa yang telah dicincang di tengah adonan singkong. Tutup adonan tersebut hingga menyerupai bola dan ratakan dengan cara digelindingkan di telapak tangan.

Apabila semua adonan sudah terisi dengan gula jawa, tahap selanjutnya adalah menggoreng. Siapkan minyak goreng di atas wajan dan nyalakan kompor dengan api sedang (jangan dengan api besar karena itu akan membuat cemplon cepat gosong. Masukkan cemplon yang sudah siap ke dalam wajan apabila minyak gorengnya sudah panas (cara mengeceknya bisa dengan merasakan panasnya minyak dengan menaruh tangan ke atas wajan dan jangan sampai tercelupkan ke minyak karena itu panas, oke?). Goreng goreng goreng hingga cemplon berubah warna menjadi kuning keemasan. Tiriskan dengan kertas tissue dan mini cemplon pun siap dihidangakan dan siap disantap bersama keluarga atau sanak saudara atau teman disertai secangkir teh hangat. Nyam

Ta Da ini dia gambaran mini cemplon buatanku. Selamat mencoba teman-teman! :)

 xoxo

Minggu, 05 Juli 2015

Si Ungu

Assalammualaikum readers :)
Hari ini aku mau memperkenalkan suatu benda kesayangan yang sudah menemaniku berkarya melalui blog ini. Suatu benda yang luar biasa berguna, bermanfaat dan dapat memotivasi diri dalam menulis atau lebih tepatnya menyampah di media. Daaaaaan ini dia nih bendanya...



Foto-foto ini diambil di waktu luangku. Foto laptop ungu beserta pernak pernik lainnya yang menurutku agak lucuk gitu deh.

Laptop ini sudah berada di tanganku sejak aku duduk di bangku kelas 2 SMA jadi kira-kira yaa sudah 4 tahunanlah. Laptop ini pernah menemani aku dari ujian yang susah byanget sampek nonton beberapa film yang luar biasa asiknya, for example: running man, the return of superman dan beberapa film lainnya. Oh iya sekedar informasi nih laptop ini sama sekali blas belum pernah menyimpan film berbau horoooor. Sumfah deh, soalnya aku bakalan parno sendiri walaupun cuma ngeliat gambarnya aja. Terus juga aku takut kalau misalnya tiba-tiba aku lagi asik-asiknya nonton film favoritku eeeeh tiba-tiba keganti jadi film horor gitu terus nongol hantunya terus aku kaget terus kena serangan jantung terus terus terus oke ini berlebihan dan harus dihentikan. Mohon maaf apabila ada kesalahan baik disengaja maupun tidak disengaja. 

Walaupun laptop ini udah pernah kebanting sekitar satu emm dua kali tapi aku tetap sayaaaaang banget sama kamu. Semoga laptop ini selalu berada di sampingku selalu dan mendukungku untuk berkaraya. :)

xoxo

Jumat, 03 Juli 2015

Ungkapan Mahasiswa Rumahan


              Aku dapat dikatakan sebagai mahasiswa rumahan. Kenapa? Karena aku tinggal di dalam rumah yang sebenarnya, bukan kos, kontrakan atau jenis-jenis tempat tinggal lainnya. Aku asli dari kota ini, kota dimana kasultanan berada, batik meraja lela, pendidikan unggul dan manisnya gudeg berada. Kota Yogyakarta. Kota dengan seribu budayanya. Kota yang ketika munculnya bulan di langit menjadi penuh dengan aroma keromantisan. Aku menyukai kota ini baik pagi, siang, sore dan malam. Kota ini penuh dengan kehangatan, itu menurutku. Kembali ke topik semula tentang mahasiswa rumahan. Tak sedikit mahasiswa yang menempuh pendidikan di kota ini berasalkan dari sini. Bagaikan ada magnet yang tersembunyi di balik tanah Yogyakarta, orang-orang menjadi tertarik menetapkan hati dan pilihannya untuk menempuh bangku kuliah di kota ini. Entah apa alasannya.
            Mahasiswa ini dapat berasal dari ratusan pulau di dunia ini, ribuan kota di dunia ini dan bahkan milyaran rumah di dunia ini. Tidak hanya yang berasal dari Indonesia saja yang menetapkan hatinya di sini, tapi yang berasal dari luar Indonesia sekalipun. Entah darimana mereka mengetahui seluk beluk kota kecil ini. Mahasiswa dari luar kota ini biasanya akan menetap di sebuah kos-kosan, rumah kontrakan, rumah milik sanak saudara atau bahkan tinggalnya tidak menetap karena keterbatasan ekonomi. Jauh dari keluarga dekat terutama ayah dan ibu membuat mereka harus merasakan kesedihan yang mendalam, sekalipun mereka mengatakan bahwa mereka pemberani dan mandiri, sekalipun mereka mengungkapkan bahwa mereka terbiasa akan kesendiriannya, namun tetap saja pesona keluarga tak ada habisnya.
            Mereka bilang mahasiswa rumahan dapat hidup dengan tenang dan tentram, mereka bilang beban mahasiswa rumahan tak seberat beban mereka, mereka bilang hidup sebagai mahasiswa rumahan sangatlah menyenangkan dan tak perlu mengkhawatirkan harga barang-barang pokok naik, tagihan listrik, tagihan air, tagihan sewa kos atau kontrakan, jenis makanan apa yang akan dimakan hari ini atau bahkan hari ini dapat makan atau tidak. Banyak hal yang mereka bandingkan dengan mahasiswa rumahan. Pandangan mereka mengenai mahasiswa rumahan adalah betapa manjanya, betapa santainya, betapa bahagianya. Tak kuasa mereka menahan ungkapan-ungkapan tanda keinginan yang mendalam untuk menjadi seorang mahasiswa rumahan sepertiku.
            Sebagai mahasiswa rumahan, aku cukup lega bahwa aku tidak perlu memikirkan masalah-masalah yang dihadapi mahasiswa dari luar, namun tetap saja setiap manusia tidak ada yang terlepas dari suatu masalah. Dari mana pun masalah berasal pasti akan hinggap juga ke peraduannya, manusia. Mahasiswa rumahan sepertiku memang akan lebih terfokus dalam meraih sejuta mimpi dalam hal pendidikan, tapi sentilan sana sini seperti masalah keluarga, hubungan pertemanan, lingkungan kampus, lingkungan rumah, organisasi, kebutuhan keluarga dan lain sebagainya lebih terfokus sebagai sumber masalah. Tak sedikit orang beranggapan bahwa mahasiswa rumahan hanya akan berleha-leha setelah kegiatan belajar selesai. Tidak, karena ada keluarga yang ada di sampingnya untuk terus memberi dorongan dan kekuatan dalam mencapai suatu tingkatan yang lebih, lebih dan lebih.
            Terlepas dari beban dan tanggung jawab dalam menempuh bangku kuliahan yang sama rata, kehidupan sebagai mahasiswa dari luar kota terbilang cukup rumit, itu menurutku. Mereka harus pandai dalam memecahkan masalah kehidupan dan memutuskan suatu hal dengan pilihan yang luar biasa tak terkira. Hasutan sana sini yang berbau negatif harus dapat mereka tepis sekalipun itu juga berlaku bagi mahasiswa rumahan, tapi tak seekstra mahasiswa dari luar. Aku mengakui mahasiswa yang mampu bertahan di kota yang bukan tanah kelahirannya merupakan orang-orang pilihan dan tidak semuanya mampu bertahan hingga tugas serta kewajibannya sebagai mahasiswa terselesaikan dengan baik. Beban kesuksesan mereka pikul dengan sangat berat. Harapan dari keluarga yang jauh disana sangatlah banyak. Tak cukup hanya sekedar melakukan kegiatan belajar, belajar dan belajar, namun dengan berlatih menghadapi pelik dan pahitnya dunia ini adalah salah satu hal yang menjadi ujiannya.
            Orang pilihan, begitu aku mengatakannya. Aku kagum dengan keringat mereka yang berusaha agar impian dan cita-citanya dapat terkabul di kota ini. Terkadang aku merasa bahwa aku juga harus merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang perantau. Hidup di kota lain, berbaur dengan masyarakat yang berbeda dan menghadapi masalah-masalah yang ada dengan penuh tanggung jawab, namun tak bisa aku tolak daya magnet yang ada di kota ini. Keluarga, teman, lingkungan dan rumah dimana aku berada saat ini sungguh membuatku tak bisa jauh-jauh pergi dari itu semua. Aku tidak tahu seperti apa kehidupanku di masa mendatang. Apakah aku akan tetap berada di kota kesayanganku atau aku akan berpindah ke kota lain untuk meneruskan kehidupanku? Entahlah, itu masih menjadi rahasia Sang Ilahi. Kemanapun aku akan pergi nantinya, aku akan tetap menengok kembali kota kecil manis ini.